Senin, 15 Agustus 2016

Erosi dan Sedimentasi

   Erosi dan sedimentasi merupakan serangkaian proses yang berkaitan dengan proses  pelapukan,  pelepasan,  pengangkutan  dan  pengendapan  material  tanah/kerak bumi. Erosi dapat disebabkan oleh angin, air atau aliran gletser (es). Dalam hal ini yang akan dibahas adalah erosi oleh air.
Erosi yang disebabkan oleh air dapat berupa :

a)   Erosi Lempeng (Sheet Erosion)
 
 
    Erosi lempeng yaitu erosi dimana butir-butir tanah diangkut lewat permukaan atas  tanah  oleh  selapis  tipis  limpasan  permukaan,  yang  dihasilkan  oleh intensitas hujan yang mengalir diatas permukaan tanah.

b)  Pembentukan Polongan (Gully)
Gully erosion yaitu erosi lempeng terpusat pada polongan tersebut. Kecepatan airnya jauh lebih besar dibandingkan  dengan kecepatan limpasan pada erosi lempeng.  Polongan  akan  cenderung  akan  lebih  dalam,  yang  akan menyebabkan   terjadinya   longsoran-longsoran.    Longsoran   tersebut   akan menuju kearah hulu. Ini dinamakan erosi kearah belakang (backward erosion).

c)   Longsoran Massa Tanah

Longsoran ini terjadi setelah adanya curah hujan yang panjang, yang lapisan tanahnya menjadi jenuh oleh air tanah.

d)  Erosi Tebing Sungai
Tebing  mengalami  penggerusan  air  yang  dapat  menyebabkan  longsornya tebing-tebing pada belokan-belokan sungai (CD. Soemarto,1995).
Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi antara lain :
•          Iklim
•          Tanah
•          Topografi
•          Tanaman / Vegetasi
•          Macam penggunaan lahan

•          Kegiatan manusia
•          Karakteristik hidrolika sungai
•          Karakteristik penampung sedimen, check dam, dan waduk
•          Kegiatan gunung berapi
Proses erosi oleh air dimulai pada saat tenaga kinetik air hujan mengenai air

tanah. Tenaga pukulan air hujan ini yang menyebabkan terlepasnya partikel-partikel tanah dari gumpalan  tanah yang lebih besar. Semakin  tinggi intensitas  hujan akan semakin tinggi pula tenaga yang dihasilkan dan semakin banyak partikel tanah yang terlepas dari gumpalan tanah. Tanah yang terlepas ini akan terlempar bersama dengan percikan air. (Morgan, 1980)

Menurut Darmawidjaja (1981), benturan tetesan air hujan dengan permukaan tanah  akan  menghancurkan  ikatan  struktur  tanah  dan  terlepas  menjadi  partikel- partikel tanah yang kemudian memercik bersama dengan percikan air hujan. Peristiwa ini menyebabkan tanah akan terkikis dan proses ini dikenal dengan erosi percikan air hujan atau Rain Splash Erotion, serta merupakan tahap terpenting dari proses erosi, karena merupakan awal terjadinya erosi.

Menurut  Utomo  (1983),  erosi dialam  akan selalu  ada dan tetap terjadi  dan bentuk permukaan bumi akan selalu berubah dari waktu ke waktu. Proses pengikisan permukaan bumi secara alamiah disebut erosi geologi atau erosi alam, sedang erosi yang disebabkan oleh aktifitas manusia disebut erosi yang dipercepat.

Menurut Gupta (1979), pada kondisi erosi yang dipercepat besarnya laju pengikisan tanah jauh lebih besar dari pada laju pembentukan tanah, sehingga akan mengurangi tingkat kesuburan tanah.
Aliran     permukaan     merupakan     penyebab     utama     terjadinya     proses pengangkutan   partikel-partikel   tanah.   Kemampuan   limpasan   permukaan   dalam mengangkut  partikel  tanah tergantung  dari besarnya  energi potensial  yang dimiliki oleh aliran permukaan  tersebut, semakin besar energi potensial yang dimiliki maka semakin besar pula kemampuan limpasan tersebut dalam mengangkut partikel tanah. Hudson (1976), memandang erosi dari dua segi yakni :
1.   Faktor penyebab erosi, yang dinyatakan dalam erosivitas hujan, dan
2.   Faktor   ketahanan   tanah   terhadap   erosivitas   hujan,   yang   dinyatakan   sebagai
erodibilitas tanah.

            Erosi merupakan fungsi dari erosivitas dan erodibilitas. Pada dasarnya proses erosi adalah akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim, topografi, vegetasi dan manusia  terhadap  tanah.  Secara  umum,  faktor-faktor   tersebut  dapat  dinyatakan dengan  persamaan  yang  dikenal  dengan  Persamaan     Umum  Kehilangan  Tanah (PUKT), yaitu kehilangan  tanah (A) dipengaruhi  oleh indeks Erosifitas (R), Faktor Erodibilitas (K), Faktor Panjang Kemiringan (L), Fakor Kemiringan (S), Faktor Pengelolaan Tanaman (C), Faktor Pengendali Erosi (P) (CD. Soemarto,1995)
Wischmeier   dan   Smith   (1962)   mengemukakan   rumus   pendugaan   erosi (Universal Soil Loss Equation) yang berlaku untuk tanah–tanah di Amerika Serikat. Walaupun demikian rumus ini banyak pula digunakan dinegara lain, di antaranya di Indonesia.